Di bawah langit Kulawi yang bergelora, Yarni Ijo, seorang perempuan tangguh dengan gelar S.AP, menapaki jalanan berbatu menuju desa Lonca dengan penuh semangat. Musyawarah Desa yang ia pimpin hari itu bukan hanya sekadar formalitas, tetapi cerminan nyata dari tanggung jawabnya sebagai Kepala Desa. Terletak di wilayah terpencil dengan akses jalan yang menantang, desa Lonca menyaksikan betapa tekad kuat Yarni memandu warganya dalam Musyawarah Perencanaan Desa Tahun 2025.
Pada tanggal 29 Juli 2024, dalam suasana yang penuh semangat partisipatif, desa Lonca menggema dengan suara-suara dari berbagai lapisan masyarakat. Kehadiran perwakilan kecamatan, fasilitator dari Karsa Institute, Babinsa setempat, pendamping desa, serta Forum Perempuan Desa Lonca memperkuat proses musyawarah yang inklusif. Namun, yang paling mencolok adalah partisipasi kelompok perempuan, yang menjadi suara dominan dalam pertemuan tersebut.
Dalam musyawarah itu, salah satu usulan yang paling kuat dan tak dapat ditawar adalah pengadaan alat bantu bagi kaum disabilitas. Ketua Forum Perempuan dengan tegas menyatakan bahwa selama ini disabilitas seringkali terlupakan dalam pembangunan desa, padahal di desa Lonca terdapat sembilan keluarga dengan anggota disabilitas yang membutuhkan perhatian khusus. Program Estungkara, melalui Kemitraan Partnership Jakarta dan Karsa Institute, memberikan harapan baru bagi mereka yang selama ini terpinggirkan.*Uchu